Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Sepenggal bait lagu diatas
menggambarkan bahwa ibu adalah sosok yang sangat luar biasa. Ia memberikan
kasih sayang kepada anaknya tanpa meminta balasan. Cinta dan kasih sayangnya
akan selalu menjadi penerang dalam hidup setiap anak.
Dimataku,
ibu adalah segalanya. Ibu adalah hidupku. Pengorbanan yang sudah ia lakukan tidak
ada tandingannya didunia ini. Ia tidak pernah meminta untuk mengganti atau
membayar setiap pengorbanannya karena memang tak akan tergantikan dan tak
terbayarkan oleh apapun.
Ibu
rela berkorban nyawa demi seonggok janin yang ada dalam rahimnya, semata-mata
agar aku si buah hatinya dapat terlahir ke dunia. Bagiku, ibu adalah sosok
wanita kuat dan tangguh namun tidak berotot. Ia seperti malaikat tanpa sayap,
malaikat pelindung yang siap 24 jam menjagaku.
Ibu
pernah bercerita, sewaktu aku masih dalam kandungan, ibu sama sekali tidak
merasa mual seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Ibu menganggap itu suatu
kemudahan dari Allah SWT. Ketika kandungan ibu mulai membesar, ibu bercerita
kalau ia sulit untuk berdiri, duduk, tidur, dan berjalan. Tetapi ibu tidak
pernah mengeluh, ia hanya menikmati dengan mengusap perutnya dan dari mulutnya
terucap doa yang selalu dipanjatkan untukku agar kelak aku menjadi anak yang
dapat dibanggakan. Dan pada saat detik-detik aku dilahirkan, dimana saat ibu
mempertaruhkan hidup dan matinya, ia juga bercerita kalau ia merasakan sakit
yang teramat sampai menusuk sendi dan tulangnya. Namun, kebahagiaan setelah
mendengar tangisanku ketika lahir mengalahkan semua sakit yang ia rasakan.
Tidak
mudah bagi ibu membesarkanku agar menjadi insan yang sempurna. Tidak pernah
putus belas kasih sayangnya yang selalu dicurahkan untukku sejak sebelum aku
terlahir ke dunia hingga sampai aku sebesar ini. Sungguh mulia sosok ibu hingga
tidaklah salah apabila surga-Nya berada ditelapak kaki ibu.
Ibu
pernah bertanya bagaimana cara menggunakan laptop dan ibu meminta aku untuk
mengajarinya. Aku menuruti kemauannya, namun aku mengajari dengan perasaan malu
dan emosi dibenakku. Aku seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Sangat tak
sepadan dengan sikapnya yang tulus saat pertama kali mengajariku membaca dan
menulis.
Tak
jarang pula aku membuat ibu sedih dan kecewa. Pernah juga aku membuat ibu
menangis. Namun aku tidak pernah meminta maaf setelahnya. Aku tidak tahu
bagaimana perasaan yang ibu rasakan. Pasti sangat sakit, melebihi sakitnya
ketika saat melahirkanku. Karena saat aku tidak sengaja menyakiti hati ibu,
dihatiku pun merasakan penyesalan yang teramat dalam.
Aku
pernah bertengkar hebat dengan ibu, sampai dari mulutnya keluar kata-kata yang
sangat menggetarkan hati dan jiwaku. Ibu bilang, ‘salah apa ibu melahirkan anak
sepertimu’. Aku hanya bisa terdiam dan dalam hati aku memohon ampun. Maafkan
anakmu ini bu, tidak dapat memberikan yang terbaik seperti layaknya yang aku
peroleh ketika aku kecil. Sampai hatipun aku sama sekali tidak berniat untuk
menyakiti hatimu, ibu.
Seringkali
aku mengeluh karena lelah menuntut ilmu, namun, ibu selalu menyemangatiku. Ibu
bilang, aku satu-satunya harapan mereka dan di jaman yang serba mudah ini
harusnya aku bersyukur karena bisa belajar sampai perguruan tinggi. Aku sadar,
keberadaanku sebagai anak tunggal membuat semua harapan terpanggul dipundakku.
Ibu
bukan hanya sosok yang lemah lembut buatku. Ibu juga sosok pendamping yang kuat
buat ayah. Demi membantu ayah, ibu rela bekerja dari subuh hingga malam.
Sepanjang hidupnya, perjuangan ibu tak kenal lelah. Ibu selalu tersenyum,
meskipun aku tahu dibalik senyumnya terpancar rasa yang teramat lelah.
Ibu,
aku berhutang padamu. Sebuah hutang yang aku tahu meski dengan emas atau
berlian sekalipun tak akan pernah bisa aku membayarnya. Aku hanya bisa berdoa
agar ibu selalu diberikan safa’at dan kelak ibu berada di surga-Nya sebagai
balasan atas semua pengorbanan dan perjuangan ibu selama ini.
Dalam
jantungku, selalu ada nama yang berdetak tanpa henti. Nama yang tak pernah
lelah kusebut dalam setiap doa, yaitu nama ibu. Dan dalam tubuhku, mengalir
nafasmu yang selalu menyertaiku untuk menjalani hari. Terima kasih untuk kasih
sayang yang telah ibu berikan. Sejuta terima kasih takkan mampu membalas semua
jasamu, bu. Aku bangga menjadi anak ibu. Aku sayang ibu.
Oleh : Vania Kamila Andarini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar